Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk
menghasilkan protokol yang terdistribusi yang jauh lebih baik daripada protokol
distance-vector. Alih-alih saling bertukar jarak (distance) ke tujuan, setiap
router dalam jaringan memiliki peta jaringan yang dapat diperbarui dengan cepat
setelah setiap perubahan topologi. Peta ini digunakan untuk menghitung route
yang lebih akurat daripada menggunakan protokol distance-vector. Perkembangan
teknologi ini akhirnya menghasilkan protokol Open Shortest Path First (OSPF)
yang dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di Internet. Bahkan sekarang
Internet Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti
RIP.
Prinsip link-state routing sangat sederhana. Sebagai
pengganti menghitung route “terbaik” dengan cara terdistribusi, semua router
mempunyai peta jaringan dan menghitung semua route yang terbaik dari peta ini.
Peta jaringan tersebut disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam
basis data tersebut menyatakan sebuah link dalam jaringan. Record-record
tersebut dikirimkan oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing
link.
Karena setiap router perlu memiliki peta jaringan yang
menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan
dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang
terletak di setiap router. Perubahan status link yang dideteksi router akan
mengubah basis data link-state router tersebut, kemudian router mengirimkan
perubahan tersebut ke router-router lain.
Protokol yang digunakan untuk mengirimkan perubahan ini
harus cepat dan dapat diandalkan. Ini dapat dicapai oleh protokol flooding.
Dalam protokol flooding, pesan yang dikirim adalah perubahan dari basis data
serta nomor urut pesan tersebut. Dengan hanya mengirimkan perubahan basis data,
waktu yang diperlukan untuk pengiriman dan pemrosesan pesan tersebut lebih
sedikit dibandingdengan mengirim seluruh isi basis data tersebut. Nomor urut
pesan diperlukan untuk mengetahui apakah pesan yang diterima lebih baru
daripada yang terdapat dalam basis data. Nomor urut ini berguna pada kasus link
yang putus menjadi tersambung kembali.
Pada saat terdapat link putus dan jaringan menjadi terpisah,
basis data kedua bagian jaringan tersebut menjadi berbeda. Ketika link yang
putus tersebut hidup kembali, basis data di semua router harus disamakan. Basis
data ini tidak akan kembali sama dengan mengirimkan satu pesan link-state saja.
Proses penyamaan basis data pada router yang bertetangga disebut sebagai
menghidupkan adjacency. Dua buah router bertetangga disebut sebagai adjacent
bila basis data link-state keduanya telah sama. Dalam proses ini kedua router
tersebut tidak saling bertukar basis data karena akan membutuhkan waktu yang
lama.
Proses menghidupkan adjacency terdiri dari dua fasa.Fasa
pertama, kedua router saling bertukar deskripsi basis data yang merupakan
ringkasan dari basis data yang dimiliki setiap router. Setiap router kemudian
membandingkan deskripsi basis data yang diterima dengan basis data yang
dimilikinya. Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk
mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router tidak
memiliki record tersebut, atau nomor urut record yang dimiliki lebih kecil
daripada yang dikirimkan oleh deskripsi basis data. Setelah proses ini, router
memperbarui beberapa record dan ini kemudian dikirimkan ke router-router lain
melalui protokol flooding.
Protokol link-state lebih baik daripada protokol
distance-vector disebabkan oleh beberapa hal: waktu yang diperlukan untuk
konvergen lebih cepat, dan lebih penting lagi protokol ini tidak menghasilkan
routing loop. Protokol ini mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus.
Throughput, delay, biaya, dan keandalan adalah metrik-metrik yang umum
digunakan dalam jaringan. Di samping itu protokol ini juga dapat menghasilkan
banyak jalur ke sebuah tujuan. Misalkan router A memiliki dua buah jalur dengan
metrik yang sama ke host B. Protokol dapat memasukkan kedua jalur tersebut ke
dalam forwarding table sehingga router mampu membagi beban di antara kedua
jalur tersebut.
Rancangan OSPF menggunakan protokol link-state dengan
beberapa penambahan fungsi. Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain
mendukung jaringan multi-akses, seperti X.25 dan Ethernet, dan membagi jaringan
yang besar mejadi beberapa area.
Telah dijelaskan di atas bahwa setiap router dalam protokol
link-state perlu membentuk adjacency dengan router tetangganya. Pada jaringan
multi-akses, tetangga setiap router dapat lebih dari satu. Dalam situasi
seperti ini, setiap router dalam jaringan perlu membentuk adjacency dengan
semua router yang lain, dan ini tidak efisien. OSPF mengefisienkan adjacency
ini dengan memperkenalkan konsep designated router dan designated router
cadangan. Semua router hanya perlu adjacent dengan designated router tersebut,
sehingga hanya designated router yang adjacent dengan semua router yang lain.
Designated router cadangan akan mengambil alih fungsi designated router yang
gagal berfungsi.
Langkah pertama dalam jaringan multi-akses adalah memilih
designated router dan cadangannya. Pemilihan ini dimasukkan ke dalam protokol
Hello, protokol dalam OSPF untuk mengetahui tetangga-tetangga router dalam
setiap link. Setelah pemilihan, baru kemudian router-router membentuk adjacency
dengan designated router dan cadangannya. Setiap terjadi perubahan jaringan,
router mengirimkan pesan menggunakan protokol flooding ke designated router,
dan designated router yang mengirimkan pesan tersebut ke router-router lain
dalam link.
Designated router cadangan juga mendengarkan pesan-pesan
yang dikirim ke designated router. Jika designated router gagal, cadangannya
kemudian menjadi designated router yang baru serta dipilih designated router
cadangan yang baru. Karena designated router yang baru telah adjacent dengan router-router
lain, tidak perlu dilakukan lagi proses penyamaan basis data yang membutuhkan
waktu yang lama tersebut.
Dalam jaringan yang besar tentu dibutuhkan basis data yang
besar pula untuk menyimpan topologi jaringan. Ini mengarah kepada kebutuhan
memori router yang lebih besar serta waktu perhitungan route yang lebih lama.
Untuk mengantisipasi hal ini, OSPF menggunakan konsep area dan backbone.
Jaringan dibagi menjadi beberapa area yang terhubung ke backbone. Setiap area
dianggap sebagai jaringan tersendiri dan router-router di dalamnya hanya perlu
memiliki peta topologi jaringan dalam area tersebut. Router-router yang
terletak di perbatasan antar area hanya mengirimkan ringkasan dari link-link
yang terdapat dalam area dan tidak mengirimkan topologi area satu ke area lain.
Dengan demikian, perhitungan route menjadi lebih sederhana.
Kesederhanaan vs. Kemampuan
Kita sudah lihat sepintas bagaimana RIP dan OSPF bekerja.
Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Protokol RIP sangat sederhana dan mudah diimplementasikan tetapi dapat
menimbulkan routing loop. Protokol OSPF merupakan protokol yang lebih rumit dan
lebih baik daripada RIP tetapi membutuhkan memori dan waktu CPU yang besar.
Di berbagai tempat juga terdapat yang menggunakan gabungan
antara routing statik, RIP, RIP-v2, dan OSPF. Hasilnya di jaringan ini
menunjukkan bahwa administrasi routing statik jauh lebih memakan waktu
dibanding routing dinamik. Pengamatan pada protokol routing dinamik juga
menunjukkan bahwa RIP menggunakan bandwidth yang lebih besar daripada OSPF dan
semakin besar jaringan, bandwidth yang digunakan RIP bertambah lebih besar
pula. Jadi, jika Anda sedang mendesain jaringan TCP/IP yang besar tentu OSPF
merupakan pilihan protokol routing yang tepat
Tahapan dalam membentuk adjacency
Pada saat baru pertama ON, router OSPF tidak tahu apapun
tentang tetangganya, router akan mulai mengirimkan paket Hello ke seluruh
interface jaringan untuk memperkenalkan dirinya. Jika router yang baru ON ini
menerima paket hello yang menyimpan informasi tentang dirinya maka router ini
dapat saling berhubungan dua arah dengan router pengirim hello, Default nilai
hello pada broadcast multi-access adalah 10 detik dan 40 detik jika tidak ada
respon akan mati, dan pada NBMA hello 30 detik dan akan mati pada 120 detik
jika tidak terdapat respon
down : router tidak dapat hello packet dari router manapun
attempt : router mengirimkan hello packet tetapi belum
mendapat respon, hanya ada pada tipe NT non broadcast multi-access (NBMA) dan
tidak ada respon dari router lain.
Init : router mendapatkan hello packet dari router lain,
tetapi belum terbentuk hubungan yang bidirectional (2 way)
2 way : pada tahap ini hubungan antar router sudah
bi-directional, untuk NT broadcast DR & BDR nya akan melanjutkan ke tahap
full, router non DR & BDR akan melanjutkan Full hanya dengan DR & BDR
saja
Exstart : terjadi pemilihan Master dan Slave, master adalah
router yang memiliki router id tertinggi
exchange : terjadi pertukaran Database Descriptor (DBD)
paket DBD ini digambarkan dari topologi DB router, proses dimulai oleh master
loading : router akan memeriksa DBD dari router lain dan
apabila ada entry yang tidak diketahui maka router akan mengira link state
request (LSR) , LSR akan dibales dengan link state state ACK dan link state
reply, diakhir tahap ini semua router yang di adjacent memiliki topologi DB
yang sama
Full : masing-masing router sudah membentuk hubungan yang
adjancent.
Pemilihan DR & BDR
Dalam jaringan multi akses router-router akan memilih DR
(designated router) dan BDR(Backup designated router) dan berusaha adjencent
dengan kedua router tersebut.
- Pemilihan terhadap tipe network multi access (broadcast
& non broadcast)
- Pemilihan dilakukan berdasarkan nilai ;
- Router Priority
- Router ID
- Router priority diset per interface nilainya 0-255
- Router (config-if)# IP OSPF priority [0-255]
- Router mempunyai priority 0 tidak akan menjadi DR/BDR,
statusnya DROTHER, semakin besar priority semakin besar kemungkinan dipilih
menjadi BR (Priority paling tinggi) dan BDR (kedua paling tinggi / slave)
- Setting nya oleh administratornya, sesuai yang mana dulu
routernya UP
- By default nilai router priority untuk semua router adalah
;
- Apabila priority router sama maka yang digunakan untuk
menentukan DR/BDR adalah Router ID
- Pada tiap NT non broadcast (ex : Frame Relay) router yang
menjadi DR adalah router yang memiliki link ke semua router yang lain
(mutipoint) Jika terjadi DR & BDR mati maka router-router akan mengadakan
pemilihan untuk menggantikan router yang mati tersebut. Proses floading adalah
router dengan paket LSA harus meneruskan paket ke semua jaringan, dan
memasukkan informasi LSA dalam databasenya , jika paket data yang diterima
tidak baru maka akan di drop, disebut floading karena seolah-olah membanjiri
jaringan dengan LSA (link state advertisement) Setiap kali BD linkstate router berubah,
router kembali perlu menghitung rute terbaik dan membentuk table routing
terbaru, dengan biaya terendah dan shortest path terpendek
Router (config) #router OSPF 1
Router (Config-router) # default-information originate à
hanya untuk default router
Perintah redistribute static metric 100 – semua static
routing akan diredistribusikan
OSPF ROUTING PROTOKOL UNTUK JARINGAN LOKAL
Kekuatan dari OSPF ada pada sistem hirarkinya yang
diterapkan dalam sistem area. Penyebaran informasi routing menjadi lebih teratur
dan juga mudah untuk di-troubleshooting.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh OSPF adalah
membentuk komunikasi dengan para router tetangganya. Tujuannya adalah agar
informasi apa yang belum diketahui oleh router tersebut dapat diberi tahu oleh
router tetangganya.
Begitu pula router tetangga tersebut juga akan menerima
informasi dari router lain yang bertindak sebagai tetangganya. Sehingga pada
akhirnya seluruh informasi yang ada dalam sebuah jaringan dapat diketahui oleh
semua router yang ada dalam jaringan tersebut. Kejadian ini sering disebut
dengan istilah Convergence.
Setelah router membentuk komunikasi dengan para tetangganya,
maka proses pertukaran informasi routing berlangsung dengan menggunakan bantuan
beberapa paket khusus yang bertugas membawa informasi routing tersebut.
Paket-paket tersebut sering disebut dengan istilah Link State Advertisement
packet (LSA packet). Selain dari hello packet, routing protokol OSPF juga
sangat bergantung kepada paket jenis ini untuk dapat bekerja.
OSPF memang memiliki sistem update informasi routing yang
cukup teratur dengan rapi. Teknologinya menentukan jalur terpendek dengan
algoritma Shortest Path First (SPF) juga sangat hebat. Meskipun terbentang
banyak jalan menuju ke sebuah lokasi, namun OSPF dapat menentukan jalan mana
yang paling baik dengan sangat tepat. Sehingga komunikasi data Anda menjadi
lancar dan efisien.
Namun ada satu lagi keunggulan OSPF, yaitu konsep jaringan
hirarki yang membuat proses update informasinya lebih termanajemen dengan baik.
Dalam menerapkan konsep hirarki ini, OSPF menggunakan pembagian jaringan berdasarkan
konsep area-area. Pembagian berdasarkan area ini yang juga merupakan salah satu
kelebihan OSPF.
Untuk Apa Konsep Area dalam OSPF?
OSPF dibuat dan dirancang untuk melayani jaringan lokal
berskala besar. Artinya OSPF haruslah memiliki nilai skalabilitas yang tinggi,
tidak mudah habis atau “mentok” karena jaringan yang semakin diperbesar. Namun
nyatanya pada penerapan OSPF biasa, beberapa kejadian juga dapat membuat router
OSPF kewalahan dalam menangani jaringan yang semakin membesar. Router OSPF akan
mencapai titik kewalahan ketika:
- Semakin membesarnya area jaringan yang dilayaninya akan
semakin banyak informasi yang saling dipertukarkan. Semakin banyak router yang
perlu dilayani untuk menjadi neighbour dan adjacence. Dan semakin banyak pula
proses pertukaran informasi routing terjadi. Hal ini akan membuat router OSPF
membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor. Jika router tersebut
tidak dilengkapi dengan memory dan processor yang tinggi, maka masalah akan
terjadi pada router ini.
- Topology table akan semakin membesar dengan semakin
besarnya jaringan. Topology table memang harus ada dalam OSPF karena OSPF
termasuk routing protocol jenis Link State. Topology table menrupakan tabel
kumpulan informasi state seluruh link yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan
semakin membesarnya jaringan, maka topology table juga semakin membengkak
besarnya. Pembengkakan ini akan mengakibatkan router menjadi lama dalam
menentukan sebuah jalur terbaik yang akan dimasukkan ke routing table. Dengan
demikian, performa forwarding data juga menjadi lamban.
- Topology table yang semakin membesar akan mengakibatkan
routing table semakin membesar pula. Routing table merupakan kumpulan informasi
rute menuju ke suatu lokasi tertentu. Namun, rute-rute yang ada di dalamnya
sudah merupakan rute terbaik yang dipilih menggunakan algoritma Djikstra.
Routing table yang panjang dan besar akan mengakibatkan pencarian sebuah jalan
ketika ingin digunakan menjadi lambat, sehingga proses forwarding data juga
semakin lambat dan menguras tenaga processor dan memory. Performa router
menjadi berkurang.
Bagaimana Konsep Area Dapat Mengurangi Masalah?
Ketika sebuah jaringan semakin membesar dan membesar terus,
routing protokol OSPF tidak efektif lagi jika dijalankan dengan hanya menggunakan
satu area saja. Seperti telah Anda ketahui, OSPF merupakan routing protokol
berjenis Link State. Maksudnya, routing protokol ini akan mengumpulkan data
dari status-status setiap link yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.
Apa jadinya jika jaringan OSPF tersebut terdiri dari ratusan
bahkan ribuan link di dalamnya? Tentu proses pengumpulannya saja akan memakan
waktu lama dan resource processor yang banyak. Setelah itu, proses penentuan
jalur terbaik yang dilakukan OSPF juga menjadi sangat lambat.
Berdasarkan limitasi inilah konsep area dibuat dalam OSPF.
Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah link-link yang dipantau dan dimonitor
statusnya agar penyebaran informasinya menjadi cepat dan efisien serta tidak
menjadi rakus akan tenaga processing dari perangkat router yang menjalankannya.
Bagaimana Informasi Link State Disebarkan?
Untuk menyebarkan informasi Link State ke seluruh router
dalam jaringan, OSPF memiliki sebuah sistem khusus untuk itu. Sistem ini sering
disebut dengan istilah Link State Advertisement (LSA). Dalam menyebarkan
informasi ini, sistem LSA menggunakan paket-paket khusus yang membawa informasi
berupa status-status link yang ada dalam sebuah router. Paket ini kemudian
dapat tersebar ke seluruh jaringan OSPF. Semua informasi link yang ada dalam
router dikumpulkan oleh proses OSPF, kemudian dibungkus dengan paket LSA ini
dan kemudian dikirimkan ke seluruh jaringan OSPF.
Apa sih Paket LSA?
Seperti telah dijelaskan di atas, paket LSA di dalamnya akan
berisi informasi seputar link-link yang ada dalam sebuah router dan statusnya
masing-masing. Paket LSA ini kemudian disebarkan ke router-router lain yang
menjadi neighbour dari router tersebut. Setelah informasi sampai ke router
lain, maka router tersebut juga akan menyebarkan LSA miliknya ke router
pengirim dan ke router lain.
Pertukaran paket LSA ini tidak terjadi hanya pada saat awal
terbentuknya sebuah jaringan OSPF, melainkan terus menerus jika ada perubahan
link status dalam sebuah jaringan OSPF. Namun, LSA yang disebarkan kali pertama
tentu berbeda dengan yang disebarkan berikutnya. Karena LSA yang pertama
merupakan informasi yang terlengkap seputar status dari link-link dalam
jaringan, sedangkan LSA berikutnya hanyalah merupakan update dari perubahan
status yang terjadi.
Paket-paket LSA juga dibagi menjadi beberapa jenis.
Pembagian ini dibuat berdasarkan informasi yang terkandung di dalamnya dan
untuk siapa LSA ini ditujukan. Untuk membedakan jenisjenisnya ini, OSPF membagi
paket LSA nya menjadi tujuh tipe. Masing-masing tipe memiliki kegunaannya
masing-masing dalam membawa informasi Link State. Anda dapat melihat kegunaan
masing-masing paket pada tabel “Tipe-tipe LSA packet”.
Tipe-tipe Router OSPF
Seperti telah Anda ketahui, OSPF menggunakan konsep area
dalam menjamin agar penyebaran informasi tetap teratur baik. Dengan adanya
sistem area-area ini, OSPF membedakan lagi tipe-tipe router yang berada di
dalam jaringannya. Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan
perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di mana
letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh terhadap
fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di mana router
tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan menunjukkan fungsinya.
Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF berdasarkan letaknya dan juga
sekaligus fungsinya:
1. Internal Router
Router yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router
yang berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama akan
menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal router.
Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain, sehingga
fungsinya hanya memberikan dan menerima informasi dari dan ke dalam area
tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database topologi dan
routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada dalam areanya. Router
jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang dimilikinya ini hanya kepada
router lain yang dianggapnya sebagai internal router.
2. Backbone Router
Salah satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol
OSPF adalah setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan
sebuah area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya
ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah Area 0.
Router-router yang sepenuhnya berada di dalam Area 0 ini dinamai dengan istilah
backbone router. Backbone router memiliki semua informasi topologi dan routing
yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.
3. Area Border Router (ABR)
Sesuai dengan istilah yang ada di dalam namanya “Border”,
router yang tergolong dalam jenis ini adalah router yang bertindak sebagai
penghubung atau perbatasan. Yang dihubungkan oleh router jenis ini adalah
area-area yang ada dalam jaringan OSPF. Namun karena adanya konsep backbone
area dalam OSPF, maka tugas ABR hanyalah melakukan penyatuan antara Area 0
dengan area-area lainnya. Jadi di dalam sebuah router ABR terdapat koneksi ke
dua area berbeda, satu koneksi ke area 0 dan satu lagi ke area lain. Router ABR
menyimpan dan menjaga informasi setiap area yang terkoneksi dengannya. Tugasnya
juga adalah menyebarkan informasi tersebut ke masing-masing areanya. Namun,
penyebaran informasi ini dilakukan dengan menggunakan LSA khusus yang isinya
adalah summarization dari setiap segment IP yang ada dalam jaringan tersebut.
Dengan adanya summary update ini, maka proses pertukaran informasi routing ini
tidak terlalu memakan banyak resource processing dari router dan juga tidak
memakan banyak bandwidth hanya untuk update ini.
4. Autonomous System Boundary Router (ASBR)
Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada
dalam satu hak administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan
dikonfigurasi menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi
data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu
AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi.
Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing
adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya
tentu juga menggunakan OSPF.
Namun, ada kasus-kasus di mana sebuah segmen jaringan tidak
memungkinkan untuk menggunakan OSPF sebagai routing protokolnya. Misalkan
kemampuan router yang tidak memadai, atau kekurangan sumber daya manusia yang
paham akan OSPF, dan banyak lagi. Oleh sebab itu, untuk segmen ini digunakanlah
routing protocol IGP (Interior Gateway Protocol) lain seperti misalnya RIP.
Karena menggunakan routing protocol lain, maka oleh jaringan OSPF segmen
jaringan ini dianggap sebagai AS lain.
Untuk melayani kepentingan ini, OSPF sudah menyiapkan satu
tipe router yang memiliki kemampuan ini. OSPF mengategorikan router yang
menjalankan dua routing protokol di dalamnya, yaitu OSPF dengan routing
protokol IGP lainnya seperti misalnya RIP, IGRP, EIGRP, dan IS-IS, kemudian
keduanya dapat saling bertukar informasi routing, disebut sebagai Autonomous
System Border Router (ASBR).
Router ASBR dapat diletakkan di mana saja dalam jaringan,
namun yang pasti router tersebut haruslah menjadi anggota dari Area 0-nya OSPF.
Hal ini dikarenakan data yang meninggalkan jaringan OSPF juga dianggap sebagai
meninggalkan sebuah area. Karena adanya peraturan OSPF yang mengharuskan setiap
area terkoneksi ke backbone area, maka ASBR harus diletakkan di dalam backbone
area.
Ada Berapa Jenis Area dalam OSPF?
Setelah membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan
membagi router-router di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya
dalam sebuah area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di
dalamnya. Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada
dan bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah
jenis-jenis area dalam OSPF:
1. Backbone Area
Backbone area adalah area tempat bertemunya seluruh
area-area lain yang ada dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan
angka 0 atau disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA
kecuali LSA tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh
ABR.
2. Standar Area
Area jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan
tanpa disertai dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi
macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui informasi
Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk adjacent dan
saling bertukar informasi secara langsung. Dengan demikian, semua router yang
ada dalam area ini akan memiliki topology database yang sama, namun routing
table-nya mungkin saja berbeda.
3. Stub Area
Stub dalam arti harafiahnya adalah ujung atau sisi paling
akhir. Istilah ini memang digunakan dalam jaringan OSPF untuk menjuluki sebuah
area atau lebih yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada
cabang-cabangnya lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk
dapat menuju ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki
karakteristik tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini
tidak menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh
router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing protokol lain
yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi dengan kata lain, router
ini hanya menerima informasi dari router-router lain yang berada dalam satu
area, tidak ada informasi routing baru di router. Namun, yang menjadi pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana area jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia
luar kalau tidak ada informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar.
Jawabannya adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima
dan meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan
default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana kecuali ke
segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada.
4. Totally Stub Area
Mendengar namanya saja, mungkin Anda sudah bisa menangkap
artinya bahwa area jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi
perbatasannya. Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing
apapun dari jaringan di luar jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe
3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini. Area
jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default route untuk
dapat menjangkau dunia luar.
5. Not So Stubby Area (NSSA)
Stub tetapi tidak terlalu stub, itu adalah arti harafiahnya
dari area jenis ini. Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki
kemampuan spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah
router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak semuanya.
Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah hanya external route
yang diterimanya bukan dari backbone area. Maksudnya adalah router ini masih
dapat menerima informasi yang berasal dari segmen jaringan lain di bawahnya
yang tidak terkoneksi ke backbone area. Misalnya Anda memiliki sebuah area yang
terdiri dari tiga buah router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone
area dan koneksinya hanya berjumlah satu buah saja. Area ini sudah dapat
disebut sebagai stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen
jaringan lain yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika Anda masih
mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima
informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah dengan
NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani RIP.
Performa Hebat Didukung Perangkat Hebat
Jaringan Anda boleh bertambah besar, berapapun subnet IP di
dalamnya, berapapun klien yang harus dilayani, dan berapapun server di
belakangnya boleh-boleh saja bertambah. Percayakan saja pada routing protokol
OSPF yang mengatur semua penyebaran informasi
routing-nya. Namun ada satu yang perlu Anda perhatikan juga,
ketika jaringan membesar dan routing protokol OSPF sudah terpecah-pecah menjadi
beberapa area, perangkat router Anda juga harus mendukung kebutuhan tersebut.
Perangkat router yang menjalankan routing protokol seperti OSPF, apalagi yang
sudah terbagi-bagi menjadi beberapa area, sangat membutuhkan kekuatan
processing dan memory.
Jika Anda menerapkan OSPF pada router yang salah, maka
kinerjanya tidak akan efektif dan malah membuat performa jaringan menjadi
jelek. Untuk itu, sebelum mengonfigurasi dan menerapkannya dalam jaringan Anda,
telitilah lebih dahulu apakah router Anda memiliki processor dan memory yang
cukup kuat untuk itu. Apakah operating system router Anda memiliki fitur-fitur
OSPF yang ada butuhkan, dan banyak lagi hal yang harus diteliti. Jangan sampai
setelah berjalan baru diselidiki kebutuhan dan kelemahannya.
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Open_Shortest_Path_First
http://www.geocities.com/Heartland/4394/work/ospf.html
http://ilmukomputer.com/searchresult.php?domains=ilmukomputer.com&q=ospf&sitesearch
http://www.rhyshaden.com/ospf.htmhttp://riadyawan.wordpress.com
Bagikan Artikel Ini ke Teman-teman mu